JAKARTA- Resesi global dan tahun politik akan menjadi tantangan dan peluang bagi lembaga sosial, zakat dan kemanusiaan khususnya di Indonesia.
Menurut Direktur KNEKS, Ahmad Juwaini dalam seminar Tantangan dan Peluang Fundraising 2023 yang diselenggarakan Institut Fundraising Indonesia, ketidakpastian ekonomi dan politik di tahun depan tentu berdampak pada lembaga.
Adanya peningkatan inflasi dunia, pengetatan moneter dan perlambatan ekonomi, pandemi Covid-19 dan perang Russia-Ukraina memang terdengar agak menakutkan, namun itu nyata. Dampaknya, ujar dia, terjadi pada ekonomi Indonesia seperti ekspor yang melemah, Rupiah yang mengalami deoresiasi, sektor komoditas berada di bawah tekanan , pertumbuhhan ekonomi melambat dan dampak lainnya.
Di tambah, lanjut dia, banyaknya PHK pada perusahaan teknologi dunia yang meningkat pada bulan November. Terdapat 898 perusahaan teknologi yang melakukan PHK dengan total 142.942 orang pada Jan-Nov 2022.
Semua ini tentu berdampak terhadap pendonor atau donatur di Indonesia yang juga terdampak ekonominya. Namun, meski penuh dengan ketidakpastian, masih terbuka peluang perkembangan fundraising di tahun 2023.
Pertumbuhan ekonomi relatif stabil di angka 5 persen. Menurut BPS, kinerja ekspor Indonesia diperkirakan masih kuat dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga juga diperkirakan akan relatif stabil.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif ini menjadi peluang bagi lembaga untuk terus melakukan kampanye fundraising. Ditambah, dalam CAF 2022, Indonesia masih dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia.
“Seperti kita tahu, Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia, ini adalah peluang meskipun di tengah isu resesi global,”ujarnya.
Selain itu, sudah semakin banyak literasi dan edukasi tentang filantropi dan fundraising, perkembangan teknologi dan digitalisasi, kolaborasi keuangan sosial dan keuangan komersial, perubahan regulasi dan lainnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Deputi Baznas RI, Arifin Purwakananta, dua hal yang dapat mempertahankan Indonesia dari krisis adalah UMKM dan filantropi. “Aksi filantropi di Indonesia bisa kita lihat saat pandemi Covid, sangat membantu sekali,”ungkapnya.
Menurut Direktuf IFI, Arlina F. Saliman, berbarengan dengan peluang, tentu ada tantangan dalam fundraising tahun depan, terutama dalam internal lembaga sosial, ziswaf kemanusiaan.
“Lembaga harus dapat mengintegrasikan komunikasi digital dan non digital,”ungkapnya.
Selain itu, lembaga sangat perlu membangun hubungan jangka panjang donatur, tata kelola lembaga yang transparan dan profesional, adanya inovasi teknologi, memiliki SDM yang berdaya juang tinggi dan memiliki audit laporan keuangan.
Seminar yang diselenggarakan pada Rabu, 14 Desember di 101 Urban Hotel juga diisi oleh narasumber seperti Founder Kita Bisa, Alfatih Timur, CEO Akademi Trainer Jamil Azzaini, dan Head of CSR and Corporate Communication PT. Paragon Technology and Innovation, Suci Hendrina.